“kepada pembaca
Rekrutmen Angkatan V FLP-SU
Ini dia kabar yang kamu tunggu-tunggu. Kabar gembira buat kamu-kamu yang ngaku hobi Baca dan Tulis-menulis. Forum Lingkar Pena wilayah Sumatera utara akan segera menyelenggarakan “Audisi Penulis Dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara.“
TADARUS SASTRA: Ayo jadi Penulis !!!
Workshop Penulisan Kreatif Tadarus Sastra dengan tema "Ayo jadi Penulis !!!" pada 23 Juli s.d 3 Agustus 2012. Ayo ikuti Tadarus Sastra dan Jadilah Penulis.
Klinik Menulis FLP Sumut
Punya pertanyaan seputar menulis? Pernah kepikiran jadi penulis? Mau belajar nulis tapi gak tau mau berguru dimana? Atau yang sudah punya tulisan, terus merasa kurang pede sama hasil tulisannya sendiri? STOP! Jangan dibuang atau pun disimpan aja. Karena Ada kabar baik buat kamu yang suka menulis atau kamu yang ingin sekali menulis.
Minggu, 19 April 2015
Jadilah Predator Buku
13.21
FLP Sumatera Utara
2 comments
“kepada pembaca
pulang
segera:
ke
rumah fikirmu
fikir
segera
Aroma
supermarket, hypermarket, atau
pasar swalayan selalu membawa kita pada nafsu ingin belanja. Namun ada sebuah
kejanggalan yang disengaja sore itu. Di antara jejeran minyak makan, mie instan,
dan berbagai macam kebutuhan pokok, di barisan troli-troli besi, juga sapaan
lembut para pegawai Carrefour Citra Garden, Padang Bulan. Satu
lokasi diperuntukan bukan hanya agar nafsu belanja semakin meningkat tetapi
juga untuk keinginan membaca.
17 April 2015, sekitar pukul 15.30 WIB, FLP Sumut berpartisipasi
dalam event yang dilaksanakan oleh Carrefour Citra Garden, Padang Bulan. Selain talkshow, diadakan juga
beberapa games.
Putri Rizki Ardhina, salah seorang anggota FLP Sumut mendapat kesempatan sebagai pembicara di acara tersebut.
Selain bercerita seputar FLP Sumut, beliau juga menyampaikan kesannya sebagai
seorang kutu buku yang begitu bahagia pada dinamika atau dinamisnya minat baca
di kalangan masyarakat khususnya kaum muda. Hal itu ditandai dengan menjamurnya
berbagai penerbit indie, juga variasi genre buku dan toko-toko buku yang lebih
mudah dijumpai, serta semakin tingginya minat menulis.
Lebih
lanjut beliau menjelaskan mengenai minat baca masyarakat Indonesia yang diakui
memang masih kalah tertinggal dengan negara-negara lain.
Beliau juga mengatakan bahwa membaca bukanlah
kegiatan yang membosankan, justru membaca adalah kegiatan yang tidak sekedar
membuka jendela namun juga pintu dunia. Ketika jendela dan pintu itu terbuka,
maka akan banyak sisi yang dapat dilihat, tidak hanya sisi dalam namun juga
sisi luar. Sehingga cara berpikir pun menjadi semakin luas.
Putri juga mengatakan, bahwa minat membaca harus pula dibarengi
dengan minat mengkonsumsi buku.
“Jadilah
Predator Buku yang ganas.” ucapnya.
Lebih
kompleks beliau memaparkan beberapa point agar kita menjadi seorang Predator
Buku.
1. Bangunlah
Motivasi Minat Membaca.
Meningkatkan minat
membaca harus dibangun oleh motivasi diri dalam membaca. Sebab penting diingat,
membaca adalah suatu keharusan jika kita ingin menguasai dunia.
2. Mulai
dengan yang Disukai.
Salah satu kesalahan
yang sering dilakukan oleh seorang Predator Buku pemula adalah image buku.
Kesalahan dalam memilih buku apa yang harus dibaca juga penting diperhatikan,
sebab satu hal yang pasti: sesuaikan dengan minat, agar niat membaca tidak
sekedar berasal dari pikiran namun juga dari hati.
3. Mencari
Waktu dan Lokasi yang Pas untuk Membaca
Salah satu yang penting
juga adalah momentum. Sebab, apalah artinya kita memiliki minat baca yang
tinggi namun kita tidak berhasil memindahkan segala informasi dari buku ke
memori otak hanya karena tidak berada pada waktu dan lokasi yang tepat.
4. Menumbuhkan
Rasa Keingintahuan
Sebenarnya ini mudah,
sebab sifat dasar manusia yang memang selalu ingin tahu. Namun ini juga harus
disikapi dengan cerdas. Carilah fenomena-fenomena di sekitar kita, buatlah
daftar pertanyaan dan temukan jawabannya di dalam buku.
5. Cari
Teman yang Suka Merekomendasikan Buku.
Ini juga adalah cara
efektif agar minat membaca sebagai Predator Buku lebih terpacu. Datangi teman
Anda, lalu tanyakan “ Eh, punya buku bagus nggak? Minjem dong.” :D
Di akhir diskusi, para tamu dari berbagai komunitas dan
club membaca dihibur oleh games "Membaca Cepat Terbalik" serta disediakan dan hadiah-hadiah menarik yang disponsori oleh Carrefour Citra Garden, Padang
Bulan.
Untuk komunitas yang ingin mengadakan event dan membutuhkan support tempat seperti acara ini, bisa menghubungi pihak Carrefour Citra Garden, Padang Bulan, Herry ( 081375743411 ) atau PinBB : 753D7EE8
(Muhammad Ikhsan)
Rabu, 10 Desember 2014
AYO, MERDEKAKAN LAPANGAN MERDEKA, BUNG!
17.03
F. Pratama
2 comments
Lapangan
Merdeka (baca: Tanah Lapangan Merdeka berdasarkan Perda 11/1951), merupakan
TITIK NOL kota Medan yang bersejarah. Dibangun sekitar 1870-an. Pernah berganti
nama menjadi lapangan Fukuraido pada masa Jepang 1942- Oktober 1945.
Tanah Lapangan Merdeka merupakan lapangan sepak bola pertama di kota Medan. Pernah digunakan sebagai tempat pasar malam berikut upacara-upacara formal semasa Pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa kemerdekaan, Lapangan Merdeka menjadi tempat diselenggarakannya kejadian-kejadian penting. Misalnya, di situlah T. Muhammad Hassan - Gubernur Sumatera Pertama- membacakan teks proklamasi Kemerdekaan untuk pertama kalinya di wilayah Sumatera Timur dan diikuti dengan pengibaran sang Merah Putih pada 6 Oktober 1945. Bahkan, Presiden Soekarno, pernah menggunakannya sebagai pertemuan akbar untuk membakar semangat massa dalam peristiwa konsolidasi gayang Malaysia.
Selain itu, juga sebagai lokasi rapat umum rakyat ketika proklamasi, sosialisasi Sumpah Pemuda, dan penyatuan ikrar menolak organisasi PKI pada 1965. Hingga saat ini Tanah Lapangan Merdeka digunakan untuk tempat upacara peringatan kemerdekaan Indonesia setiap tahunnya.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan kota, fungsi Lapangan Merdeka mendapat tambahan lagi, yakni sebagai ruang terbuka non hijau (rtnh) kota sesuai Permen no. 12/M/PRT/2009. Nah, sejak sepuluh tahun terakhir, TLM mengalami perkembangan yang pesat. Fungsi kesejarahan dan budaya yang selama ini melekat, kini mulai tergerus oleh fungsi baru oleh konsep pembangunan yang terlalu didominasi pertimbangan ekonomi. Hal itu sangat jelas terlihat dengan bermunculannya bangunan-bangunan permanen yang kini sudah mengapit kedua sisi lapangan, yakni sisi timur dan barat membuat pandangan dari dan ke lapangan ini tak lagi MERDEKA !
Bahkan pembangunan gedung parkir city railink yang di atas telah berderet sejumlah ruko-ruko dari utara ke selatan justru semakin MEMENJARAKAN lapangan tersebut dari sekitarnya. Pohon-pohon Trembesi (Samanea saman) atau dikenal dengan ki hujan dibawa oleh Belanda dari Amerika Latin yang telah berusia ratusan tahun itu yang mengelilingi TLM, sisi baratnya sekarang sudah kurang rindang lagi karena tanahnya tertutup oleh paving block (perkerasan) terutama di sisi Merdeka Walk jalan Balai kota.
Padahal sesuai Permen PU yang dituangkan dalam Perda 13/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kota Medan 2011-2031 bahwa Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka non hijau tidak dibenarkan adanya bangunan perdagangan masif. Artinya berdasarkan UUPR No. 26/2007, tindakan itu telah melanggar pasal 69 dan 70, yang intinya dapat diancam hukuman penjara selama 3 tahun dan denda sebesar 500 juta.
Tanah Lapangan Merdeka merupakan lapangan sepak bola pertama di kota Medan. Pernah digunakan sebagai tempat pasar malam berikut upacara-upacara formal semasa Pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa kemerdekaan, Lapangan Merdeka menjadi tempat diselenggarakannya kejadian-kejadian penting. Misalnya, di situlah T. Muhammad Hassan - Gubernur Sumatera Pertama- membacakan teks proklamasi Kemerdekaan untuk pertama kalinya di wilayah Sumatera Timur dan diikuti dengan pengibaran sang Merah Putih pada 6 Oktober 1945. Bahkan, Presiden Soekarno, pernah menggunakannya sebagai pertemuan akbar untuk membakar semangat massa dalam peristiwa konsolidasi gayang Malaysia.
Selain itu, juga sebagai lokasi rapat umum rakyat ketika proklamasi, sosialisasi Sumpah Pemuda, dan penyatuan ikrar menolak organisasi PKI pada 1965. Hingga saat ini Tanah Lapangan Merdeka digunakan untuk tempat upacara peringatan kemerdekaan Indonesia setiap tahunnya.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan kota, fungsi Lapangan Merdeka mendapat tambahan lagi, yakni sebagai ruang terbuka non hijau (rtnh) kota sesuai Permen no. 12/M/PRT/2009. Nah, sejak sepuluh tahun terakhir, TLM mengalami perkembangan yang pesat. Fungsi kesejarahan dan budaya yang selama ini melekat, kini mulai tergerus oleh fungsi baru oleh konsep pembangunan yang terlalu didominasi pertimbangan ekonomi. Hal itu sangat jelas terlihat dengan bermunculannya bangunan-bangunan permanen yang kini sudah mengapit kedua sisi lapangan, yakni sisi timur dan barat membuat pandangan dari dan ke lapangan ini tak lagi MERDEKA !
Bahkan pembangunan gedung parkir city railink yang di atas telah berderet sejumlah ruko-ruko dari utara ke selatan justru semakin MEMENJARAKAN lapangan tersebut dari sekitarnya. Pohon-pohon Trembesi (Samanea saman) atau dikenal dengan ki hujan dibawa oleh Belanda dari Amerika Latin yang telah berusia ratusan tahun itu yang mengelilingi TLM, sisi baratnya sekarang sudah kurang rindang lagi karena tanahnya tertutup oleh paving block (perkerasan) terutama di sisi Merdeka Walk jalan Balai kota.
Padahal sesuai Permen PU yang dituangkan dalam Perda 13/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kota Medan 2011-2031 bahwa Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka non hijau tidak dibenarkan adanya bangunan perdagangan masif. Artinya berdasarkan UUPR No. 26/2007, tindakan itu telah melanggar pasal 69 dan 70, yang intinya dapat diancam hukuman penjara selama 3 tahun dan denda sebesar 500 juta.
Ditambah lagi pembangunan gedung parkir railink ini tidak memiliki IMB. Sama halnya dengan Merdeka Walk, akan tetapi Merdeka Walk dan kantor Polsek didirikan sebelum Perda No.13/2011 dengan dasar persetujuan DPRD telah berdiri tegak di sana.
Mengacu kepada amanah UU Perencanaan Ruang yang sudah dituangkan dalam Perda Tata Ruang Kota Medan, Pemko Medan sebagai penyelenggaran pembangunan kota wajib memberhentikan pembangunan parkir railink yang sedang berlangsung. Serta meninjau kembali Merdeka Walk dan dikembalikan kepada fungsi utamanya.
Bagi kita yang peduli dan cinta kota Medan, mari rapatkan barisan untuk bersatu sama-sama melakukan PETISI untuk menghentikan pembangunan bangunan masif dan permanen yang sedang terjadi di lapangan Mereka Medan tersebut.
Berikan Dukungan Anda !!
Kamis, 04 Desember 2014
FLP Lahirkan Penulis Baru
20.16
F. Pratama
4 comments
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Forum Lingkar Pena (FLP) merupakan organisasi
pengedaran penulis yang bertujuan memunculkan penulis-penulis muda Indonesia
melalui pelatihan. Sejak berdiri pada 1997, FLP sudah tersebar di 30 provinsi
di Indonesia dan 7 perwakilan luar negeri, diantaranya Mesir, Jepang, Bangkok,
dan Arabsaudi.
Nurul Fauziah, Ketua FLP menuturkan FLP setiap
tahun rutin menggelar perekrutan untuk merealisasikan visi mereka melahirkan
penulis-penulis baru yang memberikan pencerahan melalui tulisan.
Bukan hanya meningkatkan kuantitas, tapi juga
meningkatkan mutu dan produktivitas karya anggota sebagai sumbangsih berarti
bagi masyarakat.
"Jadi kita bukan cuman memperbanyak anggota
tapi juga memberikan pelatihan untuk mengasah kualitasi tulisan para anggota
dengan menggelar diskusi rutin setiap minggu, dan mewajibkan anggota rutin
berkarya. Jadi kita wajibkan mereka menulis dan saling membaca dan memberikan
ide kepada penulis lainnya," kata Nurul.
(Sil/tribun-medan.com)
tulisan di atas dapat pula dibaca di: medan.tribunnews.com/2014/12/03/flp-lahirkan-penulis-baru
Antara Menjadi Editor dan Traveller
20.08
F. Pratama
2 comments
“Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.“ Imam Syafi’i
Rahmadianti Rusdi, atau
yang lebih akrab disapa dengan panggilan Mbak Dee, memang seorang traveler sejati. Senang berpergian untuk menambah
khasanah ilmu dan mengenal sosok-sosok baru, yang
sekaligus berguna sebagai sarana mencari inspirasi. Begitulah yang beliau
katakan di awal pembukaan acara diskusi bersama FLP Sumatera
Utara minggu lalu, 30 November 2014, di Rumah Cahaya. Ia
menyempatkan berkunjung untuk berdiskusi tentang dunia penerbitan yang memang
sudah lama beliau geluti.
Beliau bercerita banyak
tentang pengalamannya sebagai seorang editor, di Noura
Publishing. Menurutnya, menjadi editor bukanlah hanya sekedar mengedit atau membetulkan
tulisan dari seorang penulis. Editor harus memiliki
wawasan yang luas, sumber bacaan yang beragam dan banyak. Apabila ingin
mengedit sebuah naskah novel maka editor wajib mencari dari sumber-sumber lain
yang berhubungan dengan tema novel yang ingin diedit.
Lebih
lanjut ia menjelaskan, seorang editor juga harus memikirkan pasar yaitu pembaca,
jadi bagaimana mengemas sebuah novel atau buku menjadi lebih menarik untuk
dibaca dan dibeli, jelas beliau panjang lebar.
Beliau juga memberikan beberapa
masukan tentang bagaimana cara menembus dunia penerbitan. “Sebaiknya naskah
yang dikirimkan hendaknya memiliki tema yang sedang digandrungi
pasar agar lebih mudah dilirik penerbit, dikemas secara lebih simple agar pembaca mengerti isi cerita
sebuah novel atau pun tulisan kita.”
Lalu
mengenai review sebuah novel yang biasa diletakkan di belakang cover buku, janganlah bertele-tele dan terlalu
panjang, sebab calon pembaca biasanya
tidak
akan mau menghabiskan waktu untuk membacanya.
“Kalaupun seorang penulis
ingin membawa ideologi baru dalam tulisannya, tentu bagus asalkan
dikemas
dengan gaya penceritaan menarik dan tentu saja
kembali pada selera pasar. Atau jika ingin me-recylce kisah-kisah lama untuk anak-anak juga
sangat menarik. Terlebih lagi peluang pasarnya sangat
terbuka
lebar untuk saat ini”,
tegasnya.
Di
akhir diskusi ia pun memberikan sedikit nasehat yakni, untuk menjadi penulis yang hebat
harus terlebih dahulu menjadi pembaca yang baik
apalagi jika ingin menjadi seorang editor handal. Pembaca yang tidak hanya
sekedar membaca. Namun mampu menelaah bacaan
ataupun menemukan isnpirasi dari tulisan tersebut untuk menambah wawasan dan
mungkin inspirasi baru. Mulailah membaca, dan harus dibiasakan.
Diakhir
kunjungannya, Ia menghadiahi perustakaan Rumah Cahaya buku-buku yang sangat bagus
dan tentunya bermanfaat untuk rumah cahaya. Terimakasih Mbak
Dee, jangan kapok ya buat kembali berkunjung ke Medan dan
mampir ke Rumah Cahaya ;) (intan)
Rabu, 05 November 2014
Selamat Datang Angkatan VI FLP Sumut!
09.19
FLP Sumatera Utara
2 comments
Alhamdulilah, setelah melewati rangkaian tes rekrutmen FLP Sumut dipertemukan dengan 29 orang yang memiliki semangat tinggi untuk berjuang dengan pena. Mereka adalah :
LULUS :
- Al Hilal Siagian
- Arif Hifzul
- Ayu Wandira
- Ayuk Praninda
- Citra Lutfiana Mu'arrifaturrizki
- Effendy Syahputra
- Elfi Syahroini Pasaribu, S.Pd.I
- Idris Eal Al Amini
- Ika Khairunnisa
- Intan Maulina
- Juliandi
- Junaidi
- Lily Herawati
- Mhd. Taufik Nasution
- Muhammad Ikhsan
- Muhammad Rizky Ananda
- Nani Haryati
- Nurhasanah Nasution
- Rivi Uly Diah Rizqy
- Safira Mustakilla
- Sangkot Rizky Siregar
- Selli Tiolita Hasibuan
- Siti Rayani S
- Sri Rahmadani Harahap
- Supriani Sidabalok
- TM Reza Fahlevi
- Ulfah Hasibuan
LULUS BERSYARAT :
- Dian Jatikusuma
- Nur Azizah
Fitri Amaliyah Batubara (Fitri A.B) | 0852 6174 7088
Bagi rekan-rekan yang belum lulus jangan menyerah ya, semoga ada kesempatan-kesempatan yang lebih baik ke depannya.