Kamis, 04 Desember 2014

Antara Menjadi Editor dan Traveller

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.“ Imam Syafi’i

Rahmadianti Rusdi, atau yang lebih akrab disapa dengan panggilan Mbak Dee, memang seorang traveler sejati. Senang berpergian untuk menambah khasanah ilmu dan mengenal sosok-sosok baru, yang sekaligus berguna sebagai sarana mencari inspirasi. Begitulah yang beliau katakan di awal pembukaan acara diskusi bersama FLP Sumatera Utara minggu lalu, 30 November 2014, di Rumah Cahaya. Ia menyempatkan berkunjung untuk berdiskusi tentang dunia penerbitan yang memang sudah lama beliau geluti.

Beliau bercerita banyak tentang pengalamannya sebagai seorang editor, di Noura Publishing. Menurutnya, menjadi editor bukanlah hanya sekedar mengedit atau membetulkan tulisan dari seorang penulis. Editor harus memiliki wawasan yang luas, sumber bacaan yang beragam dan banyak. Apabila ingin mengedit sebuah naskah novel maka editor wajib mencari dari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan tema novel yang ingin diedit.
Mbak Dee menyampaikan pengalamannya sebagai editor

Lebih lanjut ia menjelaskan, seorang editor juga harus memikirkan pasar yaitu pembaca, jadi bagaimana mengemas sebuah novel atau buku menjadi lebih menarik untuk dibaca dan dibeli, jelas beliau panjang lebar.

Beliau juga memberikan beberapa masukan tentang bagaimana cara menembus dunia penerbitan. “Sebaiknya naskah yang dikirimkan hendaknya memiliki tema yang sedang digandrungi pasar agar lebih mudah dilirik penerbit, dikemas secara lebih simple agar pembaca mengerti isi cerita sebuah novel atau pun tulisan kita.

Lalu mengenai review sebuah novel yang biasa diletakkan di belakang cover buku, janganlah bertele-tele dan terlalu panjang, sebab calon pembaca biasanya tidak akan mau menghabiskan waktu untuk membacanya.

Kalaupun seorang penulis ingin membawa ideologi baru dalam tulisannya, tentu bagus asalkan dikemas dengan gaya penceritaan menarik dan tentu saja kembali pada selera pasar. Atau jika ingin me-recylce kisah-kisah lama untuk anak-anak juga sangat menarik. Terlebih lagi peluang pasarnya sangat terbuka lebar untuk saat ini”, tegasnya.

Di akhir diskusi ia pun memberikan sedikit nasehat yakni, untuk menjadi penulis yang hebat harus terlebih dahulu menjadi pembaca yang baik apalagi jika ingin menjadi seorang editor handal. Pembaca yang tidak hanya sekedar membaca. Namun mampu menelaah bacaan ataupun menemukan isnpirasi dari tulisan tersebut untuk menambah wawasan dan mungkin inspirasi baru. Mulailah membaca, dan harus dibiasakan.


Diakhir kunjungannya, Ia menghadiahi perustakaan Rumah Cahaya buku-buku yang sangat bagus dan tentunya bermanfaat untuk rumah cahaya. Terimakasih Mbak Dee, jangan kapok ya buat kembali berkunjung ke Medan dan mampir ke Rumah Cahaya ;) (intan)


2 komentar:

Ntan mengatakan...

khkehkeheee..
Jadi bagus deh tulisan saya yg kacau ini stelah diedit :D
Terimaksih yah,

Eva Arlini mengatakan...

inspiratif...

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India