Kamis, 23 Januari 2014

Selamat Datang Forum Lingkar Pena Labuhan Batu!

Alhamdulillah, tepat pada Minggu, 19 Januari 2014, Forum Lingkar Pena wilayah Sumatera Utara, resmi mempunyai cabang di Labuhan Batu. Bertempat di gedung PKK Rantau Prapat, acara peresmian FLP cabang Labuhan Batu ini juga sekaligus diikuti acara pelantikan pengurus yang sudah dibentuk. Idris Adlin sebagai ketua Dewan Kesenian Labuhan Batu, menyampaikan kata sambutan sekaligus membuka acara.

Dalam sambutannya Idris Adlin memberikan harapannya terhadap kehadiran FLP Labuhan Batu di tengah-tengah masyarakat, sebagai wadah baru agar untuk dapat lebih meningkatkan minat baca masyarakat Labuhan Batu. Terlebih sebagai ruang segar untuk mengasah bakat di dunia literasi. “Membaca adalah hal wajib bagi setiap manusia, terlebih pada mereka yang ingin menjadi penulis, harus lebih banyak membaca bahan bacaan yang lebih beragam”, ungkapnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi pelantikan pengurus FLP cab. Labuhan Batu yang dipimpin langusng oleh M. N. Fadhli, selaku ketua umum FLP wilayah Sumatera. Prosesi pelantikan ditandai dengan pembacaan ikrar pengurus yang diikuti oleh seluruh pengurus, dan diakhiri penyematan Pin FLP secara simbolis kepada Ketua FLP cab. Labuhan Batu 2013-2015 terpilih, Rizki Handayani.

Turut hadir menyaksikan perwakilan dari FLP wilayah Sumatera Utara, dan beberapa Pejabat Daerah setempat seperti: Dewan Pendidikan Labuhan Batu yang diwakili oleh Tatang Hidayat Pohan. Perwakilan dari Dinas Pemuda dan Olahraga, dan Idris Adlin mewakili Dewan Kesenian Labuhan Batu. 

Setelah selesainya acara peresmian dan pelantikan, para pengurus dan anggota FLP cab. Labuhan Batu berkumpul mengadakan rapat pengurus pertama: membahas ke-FLP-an secara singkat. diharapkan kedepannya semua pengurus dapat menyatukan hati dan isi kepala demi FLP Labuhan Batu dapat terus berlayar di lautan literasi. (kyo/fadly)

Rabu, 22 Januari 2014

Menyaksikan Keruntuhan Sebuah Peradaban Baghdad

The Downfall of The Dynasty, Khianat di Tanah Baghdad ini, sebuah novel fiksi sejarah dengan setting Baghdad menjelang kejatuhannya. Novel menyuguhkan kisah kepahlawanan dengan balutan romansa serta cerita seputar peradaban Islam tahun 1258.

Seperti pada novel fiksi sejarah lainnya, ada beberapa tokoh nyata dipadu nama fiktif atau rekaan. Hanya, pembaca perlu tahu tokoh fiksi dan nyata seperti Ruknuddin Duwaydar, Ibnu al Aqamy, Mustashim Billah, dan Nashiruddin at-Thusy pernah benar-benar ada.

Membaca novel ini serasa menonton sebuah film epik berlatar kehidupan masa Kekhalifahan Abbasiyah (Bab 1, 7, 10), Kota Korakorum di bawah pimpinan Mongke Khan (Bab 2), dan Thaimah Ismailiyah dengan benteng Alamutnya (Bab 5).

Pembaca diajak berkeliling menyusuri seluk-beluk pergolakan sesama muslim pada masa itu, termasuk konspirasi pengkhianatan serta aliansi musuh-musuh Baghdad. Seluruh tokoh ditancapkan begitu kuat, sejalan dengan setting mantap dan alur cerita yang bergerak maju. 

Untuk menggambarkan konflik, dipilih momen sejarah secara tepat, pada masa itu. Kehidupan Istana Baghdad sendiri telah serupa drama sehingga tak perlu didramatisasi dengan bumbu-bumbu berlebihan.

Konflik yang diangkat seperti pertikaian Syiah dengan Sunni, perpecahan kalangan penguasa umat muslim, khalifah yang tidak lagi amanah, hingga persekutuan negara-negara nonmuslim yang dipelopori Armenia pun bergulir bagai roda percekcokan yang bersekutu dengan Imperium Mongol yang ditakuti.

Setiap peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah diberi catatan kaki untuk membantu pemahaman pembaca mengenai fakta cerita tersebut.

Hanya terdapat beberapa catatan kaki yang membingungkan karena tidak urut atau tidak sesuai dengan keterangan nomor footnote-nya. Sebagai pelengkap, ditambahkan halaman kilas sejarah pada akhir cerita yang memuat berbagai peristiwa penting terkait perkembangan Islam.

Penulis bergelar Master of Tarikh Islamy, Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, yang aktif di berbagai organisasi. Pelajaran menarik dari novel ini yaitu mendapat pengetahuan spesifik mengenai latar belakang jatuhnya peradaban-peradaban besar Islam yang kini langka. 

Karya ini bukan sekadar novel berdilematika cinta, persahabatan dan keyakinan, namun juga pelajaran sejarah Islam yang sungguh jauh dari membosankan. Novel ini memang hanya terdiri dari 14 bab, namun mampu menggugah jiwa pentingnya arti hakikat setia pada negara.

Diresensi oleh Kartika Dwi Lestari, lulusan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU)



Judul buku         : The Downfall of The Dynasty
Penulis                 : Indra Gunawan Lc
Penerbit              : Salamandani
Tahun Terbit     : Pertama, Maret 2013
Tebal                    : 378 halaman
ISBN                      : 978-602-7817-40-1

Nb: Resensi ini dimuat pada Koran Jakarta, Senin 13 Januari 2014



 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India