Rekrutmen Angkatan V FLP-SU
Ini dia kabar yang kamu tunggu-tunggu. Kabar gembira buat kamu-kamu yang ngaku hobi Baca dan Tulis-menulis. Forum Lingkar Pena wilayah Sumatera utara akan segera menyelenggarakan “Audisi Penulis Dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara.“
TADARUS SASTRA: Ayo jadi Penulis !!!
Workshop Penulisan Kreatif Tadarus Sastra dengan tema "Ayo jadi Penulis !!!" pada 23 Juli s.d 3 Agustus 2012. Ayo ikuti Tadarus Sastra dan Jadilah Penulis.
Klinik Menulis FLP Sumut
Punya pertanyaan seputar menulis? Pernah kepikiran jadi penulis? Mau belajar nulis tapi gak tau mau berguru dimana? Atau yang sudah punya tulisan, terus merasa kurang pede sama hasil tulisannya sendiri? STOP! Jangan dibuang atau pun disimpan aja. Karena Ada kabar baik buat kamu yang suka menulis atau kamu yang ingin sekali menulis.
Senin, 21 Mei 2012
Wisata Sejarah Candi Tanjung Medan
22.13
FLP Sumatera Utara
No comments
Rabu, 16 Mei 2012 tepatnya Subuh hari. Aku beserta
rombongan dari Forum Lingkar Pena Sumatera Utara tiba di Mesjid Raya Sumipadang
Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Disana bus yang kami
tumpangi berhenti sejenak, dan kami para penumpang yang ada bergegas untuk
mendirikan sholat subuh. Selepas itu kami melanjutkan perjalanan menuju Padang,
lokasi dimana perhelatan tahunan FLP Se-Sumbagut digelar, dan membutuhkan
sekitar 6 jam perjalanan lagi. Terkadang perjalanan tidak semulus yang diharapkan,
sekitar jam 06.30 bus ALS kami mengalami kendala pada .mesin. Menunggu pun
menjadi kata kerja yang membosankan, namun ternyata tidak begitu membosankan.
Bus berhenti di depan rumah warga
yang terdapat pamflet bertuliskan “Situs Benda Cagar Budaya: Situs
Komplek Candi Tanjung Medan, Dilindungi Oleh UU No. 5 Tahun 1992, Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala, Batu Sangkar. Wilayah Kerja Provinsi Sumbar,
Riau, dan Kepulauan Riau” Aku pun heran, sejak kapan di Sumatera Barat ada
candi?
Setahuku candi itu bukti
peninggalan Agama Hindu yang banyak terdapat di Pulau Jawa. Awalnya aku sempat
bingung berhubung pamfletnya terletak di depan rumah warga, aku kira didalam
rumah tersebut ada candi, tapi tidak mungkin karena justru diteras rumah
tersebut terdampar tumpukan pinang yang siap dibelah dan dicungkil tepungnya.
Ah rasa penasaranku semakin menjadi.
Sepuluh menit di dalam bus tidak
ada tanda – tanda bus akan bergerak. Maka kami pun memutuskan untuk turun
mencari udara segar dan mencari objek panorama yang mantap untuk dijadikan angle foto. Selain itu, rasa penasaranku
masih membuncah dengan keberadaan candi. Setelah bertanya kepada warga yang
tinggal dekat dengan lokasi mogoknya bus kami. Akhirnya kami memutuskan untuk
berkunjung ke situs bersejarah di Sumatera Barat ini. Jarak menuju candi tidak
terlalu jauh. sekitar 200 meter dari mulut gang tempat lokasi bus kami Warga
setempat juga mengatakan bahwa objek wisata itu sering dijadikan sebagai lokasi
shooting pembuatan video klip padang.
Setelah melalui jalan darat setapak
yang dikiri kanan terdapat rumah warga sederhana serta pohon-pohon kelapa nan
menjulang, cukup memanjakan mata, dan hati-hati kami berjalan karena bertaburan
kotoran sapi. Akhirnya kami sampai di lokasi, bentangan sungai kecil nan jernih
seolah menjadi gerbang selamat datang kepada siapa saja yang mengunjunginya.
Takjub seketika mencuat ketika
memasuki pekarangan candi, jalan setapak ditata sedemikian rupa bersama
indahnya bunga – bunga yang tersusun rapi. mata mulai liar mencari – cari
dimana candi berada. Ternyata ada tiga candi di dalam komplek ini. dua candi
berdiri dalam satu atap bergaya rumah adat minang, dan satu candi bertempat
sendiri. Dari jauh kami melihat seorang bapak paruh baya, kulit hitam hasil
panggangan matahari, tubuh agak kurus berbaju putih celana pendek sedang
menikmati harinya membersihkan bagian atas candi. Kami pun menghampirinya
berharap bisa mendapatkan informasi tentang keberadaan candi.
Dahfrial, nama bapak yang telah 17
tahun mengabdi dan mengelola komplek candi tersebut, ia sangat hangat
menyambut kami, berhubung aku tidak bisa berbahasa minang. Alhasil salah satu
teman maju untuk mencoba berdialog dengan Dahfrial. Informasi singkat seputar
candi mengalir deras dari Dahfrial.. Sekilas bangunan candi tampak biasa,
tumpukan batubata yang dibentuk seperti tempat pemujaan penganut Agama Hindu.
Uniknya dari bangunan ini, batubata yang disusun tidak memakai semen tapi masih
tampak kokoh, selain itu ternyata di dalam salah satu candi terdapat emas
sebanyak lima puluh batang terkubur didalamnya. Namun karena proses alamiah,
perlahan terjadi pelapukan di beberapa dinding batu, sehingga pemerintah
merasa perlu melakukan pemugaran pada salah satu candi dan menyelamatkan emas
ke museum. Sedangkan candi yang satunya masih berdiri kokoh meski telah berusia
300 tahun.
Sudah menjadi hal lumrah tentang
pengabaian pemerintah terhadap situs bersejarah yang dimiliki Indonesia.
Sekilas komplek candi tampak terurus, mulai dari pekarangan, namun keterangan
detail tentang profil candi tersebut sulit ditemukan hanya berharap besar
terhadap seorang pengelola saja.
Takut kami beranjak lebih cepat
dari lokasi komplek, Pak Dahfrial buru-buru menjemput buku tamu ke kantor untuk
kami isi sebagai bukti data pengunjung yang datang mengunjungi situs sejarah.
Jika kamu, sedang berkunjung ke
Sumatera Barat, mengunjungi situs sejarah bisa dijadikan pelengkap liburan dan
jalan-jalan kamu agar tidak sekedar jalan-jalan dan liburan, tapi juga ada
wisata sejarah yang dapat menambah pengalaman dan pengetahuan kita. Pastikan
tidak lupa bawa kamera untuk mengabadikan tempat-tempat yang kamu kunjungi.
Situs Candi Tanjung Medan, bisa
didatangi pada jam-jam kerja dan hari libur, tidak dipungut biaya apapun.
Selamat Jalan-jalan dan liburan.
Penulis
adalah anggota kaderisasi FLP Sumut
Sabtu, 19 Mei 2012
Puisi: Rizky Endang Sugiharti
07.09
FLP Sumatera Utara
No comments
SEMIOTIK
MALAM
Rizky
Endang Sugiharti
seperti ada luka yang menguak
dari carut - marutnya wajahmu yang bungkam
malam kerap mencumbu kau dalam kebimbangan
dari carut - marutnya wajahmu yang bungkam
malam kerap mencumbu kau dalam kebimbangan
kau selalu menjumpai persimpangan di jalan tua
itu
namun kau masih terpaku
dalam ragu melekat di jantungmu
namun kau masih terpaku
dalam ragu melekat di jantungmu
bukankah kau harus berlari?
menerjemah simbol - simbol drama kehidupan ini?
lantas mengapa kau masih tersungkur pada malam
menerjemah simbol - simbol drama kehidupan ini?
lantas mengapa kau masih tersungkur pada malam
malam adalah penuntun gundah gulana untukmu
"Ya, kuibaratkan seperti itu untukmu!"
"Ya, kuibaratkan seperti itu untukmu!"
sebab kau masih mengutuk jalan pada selembar
fotografi
mungkin kau belum memahami
rumusan sudut siku - siku kehidupan ini
mungkin kau belum memahami
rumusan sudut siku - siku kehidupan ini
namun kau masih saja bersembunyi
di balik mata lemahmu yang kau simpan
di balik mata lemahmu yang kau simpan
malam bukan duka
yang meraung, hingga merajang - rajang senyummu!
"Bukan!"
yang meraung, hingga merajang - rajang senyummu!
"Bukan!"
maka, tak kan ada lagi gelap dalam malammu
jika kau mampu meneranginya sendiri
jika kau mampu meneranginya sendiri
Batas Kota, 02 Mei 2012
HUJAN
UNTUK PETANG
Rizky
Endang Sugiharti
Hujan seperti tangis yang jujur
dan petang adalah senyum yang tak berpura – pura
kadang aku ingin menjadi langit biru
yang tak akan kau tafsir dalam keheningannya.
dan petang adalah senyum yang tak berpura – pura
kadang aku ingin menjadi langit biru
yang tak akan kau tafsir dalam keheningannya.
Petang di kotaku bersanding hujan yang tak
terhitung
mungkinkah kau menebak cinta yang mengalir
ataukah menjelaga sampai batas waktu yang ditetapkan?
hujan untuk petang
adalah deskripsi cinta yang tak terikat oleh kata
mungkinkah kau menebak cinta yang mengalir
ataukah menjelaga sampai batas waktu yang ditetapkan?
hujan untuk petang
adalah deskripsi cinta yang tak terikat oleh kata
Walau terkadang kau mengeja kata – kata yang
tersembunyi
namun itulah hujan yang menggelincir di dinding hatimu
sebab kau tau
aku adalah penunggu petang di ujung jalan itu
namun itulah hujan yang menggelincir di dinding hatimu
sebab kau tau
aku adalah penunggu petang di ujung jalan itu
Biarkan kau membaca dan mengartikan cintaku
karena cintaku adalah tetes hujan pada jendela hatimu
biarkan matahari berpikir akan mengeringkan basah di ruang hatimu
lantaran ia tidak tahu
sebenarnya ia keliru
namun perlu kau tahu,
“ Aku selalu bermukim di kota cintamu!”
karena cintaku adalah tetes hujan pada jendela hatimu
biarkan matahari berpikir akan mengeringkan basah di ruang hatimu
lantaran ia tidak tahu
sebenarnya ia keliru
namun perlu kau tahu,
“ Aku selalu bermukim di kota cintamu!”
Altar Baru, 29 April 2012
Sabtu, 05 Mei 2012
Angkatan V FLP Sumatera Utara (Rekrutmen)
08.04
FLP Sumatera Utara
2 comments
Ini
dia kabar yang kamu tunggu-tunggu. Kabar gembira buat kamu-kamu yang ngaku hobi
Baca dan Tulis-menulis. Forum Lingkar Pena wilayah Sumatera utara akan segera
menyelenggarakan “Audisi Penulis Dan
Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara.“
Acara
ini bertujuan untuk merekrut penulis-penulis muda yang ingin melejitkan
kemampuan menulisnya secara kekeluargaan yang nantinya akan tergabung menjadi
angkatan V FLP-SU. Jadi, audisi ini tak terbatas hanya bagi kalangan penulis,
karena bagi kamu yang baru berniat ingin mencoba menulis boleh ikutan juga,
dijamin bakal lebih banyak manfaatnya. Bagi yang tulisannya bahkan sudah pernah
terbit di Koran-koran, juga boleh ikutan. FLP Sumatera Utara terbuka untuk
semua.
Nah,
untuk persyaratan adalah sebagai berikut: ^_^
1. Sebarkan informasi ini dalam bentuk Catatan/Notes lalu tag ke 20 teman Facebookmu, dimana salah satunya adalah akun Facebook FLP Sumut
2. Mengisi
formulir pendaftaran. (Silahkan unduh di sini Formulir FLPSU)
3. Membayar
biaya administrasi sebesar Rp. 15.000,-
4. Fotocopy Identitas Diri
(KTP, KTM, atau KTS(Kartu Tanda Siswa))
5. Menyerahkan
pasfoto ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar (disarankan yang warna)
6. Melampirkan
print-out karya tulis pribadi (artikel, opini, resensi, esai, cerpen, puisi
(khusus pusi min. 3 judul), cerita anak, dll.)
7. Dimasukkan
dalam Map Biru untuk laki-laki dan Map Merah untuk perempuan.
Berkas
pendaftaran kemudian dapat diserahkan kepada pihak panitia Audisi Penulis Dan
Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara d.a Rumah Cahaya Jl. Sei Deli Gg. Sauh no 18Y, Medan Petisah (belakang
kampus STIE IBBI). Disarankan agar konfirmasi kedatangan sebelumnya ke Humas FLP Sumatera Utara.
Nah,
Audisi Penulis Dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara akan
di selenggarakan dalam 2 (dua) tahap. Berikut jadwalnya.
Jadwal Audisi Penulis Dan
Penerimaan Anggota Baru Angkatan V
FLP Sumatera Utara.
Tahap I
Pembukaan Pendaftaran
|
1 Juli s.d 31
Agustus 2012
|
Pengembalian Berkas
Pendaftaran
(paling lambat) |
31 Agustus 2012
|
Tes Tulis &
Wawancara
|
Minggu, 9 September
2012
|
Pengumuman hasil tes
tulis dan wawancara
|
16 September 2012
|
Tahap II
Registrasi Ulang dan
pertemuan perdana
|
30 September 2012
|
Writing Training
(Magang)
|
7 oktober 2012
|
Pengumuman hasil
akhir (Inagurasi)
|
13 Januari 2013
|
Untuk pengiriman berkas pendaftaran online, juga diperbolehkan. Silahkan lampirkan formulir pendaftaran beserta soft-copy tulisan pribadi, lalu kirim ke flpsuofficial@gmail.com . Sementara Uang pendaftaran, Fotocopy Identitas Diri, Pasfoto dan Print-out tulisan dapat dibawa pada saat Tes Tulis & Wawancara dilaksanakan pada tanggal 9 September 2012, Minggu.
Humas
FLP-SU :
Abdi
Putra 083198912465
Dewi
Chairani 085261027698
Jaka
Satria 085658049862
Rabu, 02 Mei 2012
Puisi: Jaka Satria
20.10
FLP Sumatera Utara
No comments
Di Kota Tua
Sebab
pada kota tua. Barus. Tak ada kendaraan yang berkejaran, tak ada pasar yang
berdendang dan tak ada pembangunan yang tumbuh membesar. Yang terdengar hanya
dendangan ombak di landai pantai, kepiting yang berkejaran dari lubang ke
sarang, kehidupan yang membesar bagi partai partai.
Antara
Sibolga Barus, kutemukan sejengkal layar. Tak ada kapal yang tak sampai.
Bingkisan botol kertaspun tak akan lunglai menyeberang antaranya. Tak ada
kendaraan, tak ada pasar, tak ada pembangunan. Yang kutemukan hanya partai
partai.
Lencana
sejarah yang ia kenakan, mungkin telah luntur dimakan zaman. Gelar peradaban
yang dulu ia sandang, mungkin telah habis ditelan bumi. Entah dimana
kerangkanya.
Barus
kota tua, telah mati. Mati karena usia, mati karena lelah. Yang kini hidup
hanyalah bukti umur saja. Pada Papan Tinggi, setinggi barisan bukit bukit
pengeja. Di tangannya telah tumbuh angsana dosa dosa. Dari tungkai sampai ke
tangkai. Di pinggir kakinya, ternak babi berkeliaran: di makam suci ulama
pembawa ajaran Islam. Di gubuk tua, terdapat makam makam pengikutnya. Tak ada
permata hanya airmata.
Di
kota tua, telah pupus sejarah. Mungkin karena usia ataupun sudah renta.
Medan,
September 2011
Diterbitkan
dalam antologi puisi Narasi Tembuni KSI Award 2012