Senin, 21 Mei 2012

Wisata Sejarah Candi Tanjung Medan



Rabu, 16 Mei 2012 tepatnya Subuh hari. Aku beserta rombongan dari Forum Lingkar Pena Sumatera Utara tiba di Mesjid Raya Sumipadang Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Disana bus yang kami tumpangi berhenti sejenak, dan kami para penumpang yang ada bergegas untuk mendirikan sholat subuh. Selepas itu kami melanjutkan perjalanan menuju Padang, lokasi dimana perhelatan tahunan FLP Se-Sumbagut digelar, dan membutuhkan sekitar 6 jam perjalanan lagi. Terkadang perjalanan tidak semulus yang diharapkan, sekitar jam 06.30 bus ALS kami mengalami kendala pada .mesin. Menunggu pun menjadi kata kerja yang membosankan, namun ternyata tidak begitu membosankan.
Bus berhenti di depan rumah warga yang terdapat pamflet bertuliskan “Situs Benda Cagar Budaya:  Situs Komplek Candi Tanjung Medan, Dilindungi Oleh UU No. 5 Tahun 1992, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala, Batu Sangkar. Wilayah Kerja Provinsi Sumbar, Riau, dan Kepulauan Riau” Aku pun heran, sejak kapan di Sumatera Barat ada candi?
Setahuku candi itu bukti peninggalan Agama Hindu yang banyak terdapat di Pulau Jawa. Awalnya aku sempat bingung berhubung pamfletnya terletak di depan rumah warga, aku kira didalam rumah tersebut ada candi, tapi tidak mungkin karena justru diteras rumah tersebut terdampar tumpukan pinang yang siap dibelah dan dicungkil tepungnya. Ah rasa penasaranku semakin menjadi.
Sepuluh menit di dalam bus tidak ada tanda – tanda bus akan bergerak. Maka kami pun memutuskan untuk turun mencari udara segar dan mencari objek panorama yang mantap untuk dijadikan angle foto. Selain itu, rasa penasaranku masih membuncah dengan keberadaan candi. Setelah bertanya kepada warga yang tinggal dekat dengan lokasi mogoknya bus kami. Akhirnya kami memutuskan untuk berkunjung ke situs bersejarah di Sumatera Barat ini. Jarak menuju candi tidak terlalu jauh. sekitar 200 meter dari mulut gang tempat lokasi bus kami Warga setempat juga mengatakan bahwa objek wisata itu sering dijadikan sebagai lokasi shooting pembuatan video klip padang.
Setelah melalui jalan darat setapak yang dikiri kanan terdapat rumah warga sederhana serta pohon-pohon kelapa nan menjulang, cukup memanjakan mata, dan hati-hati kami berjalan karena bertaburan kotoran sapi. Akhirnya kami sampai di lokasi, bentangan sungai kecil nan jernih seolah menjadi gerbang selamat datang kepada siapa saja yang mengunjunginya.
Takjub seketika mencuat ketika memasuki pekarangan candi, jalan setapak ditata sedemikian rupa bersama indahnya bunga – bunga yang tersusun rapi.  mata mulai liar mencari – cari dimana candi berada. Ternyata ada tiga candi di dalam komplek ini. dua candi berdiri dalam satu atap bergaya rumah adat minang, dan satu candi bertempat sendiri. Dari jauh kami melihat seorang bapak paruh baya, kulit hitam hasil panggangan matahari, tubuh agak kurus berbaju putih celana pendek sedang menikmati harinya membersihkan bagian atas candi. Kami pun menghampirinya berharap bisa mendapatkan informasi tentang keberadaan candi.
Dahfrial, nama bapak yang telah 17 tahun mengabdi dan mengelola komplek candi tersebut, ia  sangat hangat menyambut kami, berhubung aku tidak bisa berbahasa minang. Alhasil salah satu teman maju untuk mencoba berdialog dengan Dahfrial. Informasi singkat seputar candi mengalir deras dari Dahfrial.. Sekilas bangunan candi tampak biasa, tumpukan batubata yang dibentuk seperti tempat pemujaan penganut Agama Hindu. Uniknya dari bangunan ini, batubata yang disusun tidak memakai semen tapi masih tampak kokoh, selain itu ternyata di dalam salah satu candi terdapat emas sebanyak lima puluh batang terkubur didalamnya. Namun karena proses alamiah,  perlahan terjadi pelapukan di beberapa dinding batu, sehingga pemerintah merasa perlu melakukan pemugaran pada salah satu candi dan menyelamatkan emas ke museum. Sedangkan candi yang satunya masih berdiri kokoh meski telah berusia 300 tahun.
Minim Perhatian
Sudah menjadi hal lumrah tentang pengabaian pemerintah terhadap situs bersejarah yang dimiliki Indonesia. Sekilas komplek candi tampak terurus, mulai dari pekarangan, namun keterangan detail tentang profil candi tersebut sulit ditemukan hanya berharap besar terhadap seorang pengelola saja.
Takut kami beranjak lebih cepat dari lokasi komplek, Pak Dahfrial buru-buru menjemput buku tamu ke kantor untuk kami isi sebagai bukti data pengunjung yang datang mengunjungi situs sejarah.
Jika kamu, sedang berkunjung ke Sumatera Barat, mengunjungi situs sejarah bisa dijadikan pelengkap liburan dan jalan-jalan kamu agar tidak sekedar jalan-jalan dan liburan, tapi juga ada wisata sejarah yang dapat menambah pengalaman dan pengetahuan kita. Pastikan tidak lupa bawa kamera untuk mengabadikan tempat-tempat yang kamu kunjungi.
Situs Candi Tanjung Medan, bisa didatangi pada jam-jam kerja dan hari libur, tidak dipungut biaya apapun. Selamat Jalan-jalan dan liburan. 

 Oleh : Rizki Handayani
Penulis adalah anggota kaderisasi FLP Sumut

Sabtu, 19 Mei 2012

Puisi: Rizky Endang Sugiharti


SEMIOTIK MALAM
Rizky Endang Sugiharti


seperti ada luka yang menguak
dari carut - marutnya wajahmu yang bungkam
malam kerap mencumbu kau dalam kebimbangan
kau selalu menjumpai persimpangan di jalan tua itu
namun kau masih terpaku 
dalam ragu melekat di jantungmu
bukankah kau harus berlari?
menerjemah simbol - simbol drama kehidupan ini?
lantas mengapa kau masih tersungkur pada malam
malam adalah penuntun gundah gulana untukmu
"Ya, kuibaratkan seperti itu untukmu!"
sebab kau masih mengutuk jalan pada selembar fotografi
mungkin kau belum memahami
rumusan sudut siku - siku kehidupan ini
namun kau masih saja bersembunyi
di balik mata lemahmu yang kau simpan
malam bukan duka
yang meraung, hingga merajang - rajang senyummu!
"Bukan!"
maka, tak kan ada lagi gelap dalam malammu
jika kau mampu meneranginya sendiri
Batas Kota, 02 Mei 2012

HUJAN UNTUK PETANG
Rizky Endang Sugiharti


Hujan seperti tangis yang jujur
dan petang adalah senyum yang tak berpura – pura
kadang aku ingin menjadi langit biru
yang tak akan kau tafsir dalam keheningannya.
Petang di kotaku bersanding hujan yang tak terhitung
mungkinkah kau menebak cinta yang mengalir
ataukah menjelaga sampai batas waktu yang ditetapkan?
hujan untuk petang
adalah deskripsi cinta yang tak terikat oleh kata
Walau terkadang kau mengeja kata – kata yang tersembunyi
namun itulah hujan yang menggelincir di dinding hatimu
sebab kau tau
aku adalah penunggu petang di ujung jalan itu
Biarkan kau membaca dan mengartikan cintaku
karena cintaku adalah tetes hujan pada jendela hatimu
biarkan matahari berpikir akan mengeringkan basah di ruang hatimu
lantaran ia tidak tahu
sebenarnya ia keliru
namun perlu kau tahu,
“ Aku selalu bermukim di kota cintamu!”
Altar Baru, 29 April 2012

Sabtu, 05 Mei 2012

Angkatan V FLP Sumatera Utara (Rekrutmen)


Ini dia kabar yang kamu tunggu-tunggu. Kabar gembira buat kamu-kamu yang ngaku hobi Baca dan Tulis-menulis. Forum Lingkar Pena wilayah Sumatera utara akan segera menyelenggarakan “Audisi Penulis Dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara.

Acara ini bertujuan untuk merekrut penulis-penulis muda yang ingin melejitkan kemampuan menulisnya secara kekeluargaan yang nantinya akan tergabung menjadi angkatan V FLP-SU. Jadi, audisi ini tak terbatas hanya bagi kalangan penulis, karena bagi kamu yang baru berniat ingin mencoba menulis boleh ikutan juga, dijamin bakal lebih banyak manfaatnya. Bagi yang tulisannya bahkan sudah pernah terbit di Koran-koran, juga boleh ikutan. FLP Sumatera Utara terbuka untuk semua.

Nah, untuk persyaratan adalah sebagai berikut: ^_^
1.      Sebarkan informasi ini dalam bentuk Catatan/Notes lalu tag ke 20 teman Facebookmu, dimana salah satunya adalah akun Facebook FLP Sumut
2.      Mengisi formulir pendaftaran. (Silahkan unduh di sini Formulir FLPSU)
3.      Membayar biaya administrasi sebesar Rp. 15.000,-
4.      Fotocopy Identitas Diri (KTP, KTM, atau KTS(Kartu Tanda Siswa))
5.      Menyerahkan pasfoto ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar (disarankan yang warna)
6.      Melampirkan print-out karya tulis pribadi (artikel, opini, resensi, esai, cerpen, puisi (khusus pusi min. 3 judul), cerita anak, dll.)
7.      Dimasukkan dalam Map Biru untuk laki-laki dan Map Merah untuk perempuan.


Berkas pendaftaran kemudian dapat diserahkan kepada pihak panitia Audisi Penulis Dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara d.a Rumah Cahaya Jl. Sei Deli Gg. Sauh no 18Y, Medan Petisah (belakang kampus STIE IBBI). Disarankan agar konfirmasi kedatangan sebelumnya ke Humas FLP Sumatera Utara.

Nah, Audisi Penulis Dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V FLP Sumatera Utara akan di selenggarakan dalam 2 (dua) tahap. Berikut jadwalnya.

Jadwal Audisi Penulis Dan Penerimaan Anggota Baru Angkatan V
FLP Sumatera Utara.
Tahap I
Pembukaan Pendaftaran
1 Juli s.d 31 Agustus 2012
Pengembalian Berkas Pendaftaran 
(paling lambat)
31 Agustus 2012
Tes Tulis & Wawancara
Minggu, 9 September 2012
Pengumuman hasil tes tulis dan wawancara
16 September 2012

Tahap II
Registrasi Ulang dan pertemuan perdana
30 September 2012
Writing Training (Magang)
7 oktober 2012
Pengumuman hasil akhir (Inagurasi)
13 Januari 2013

Untuk pengiriman berkas pendaftaran online, juga diperbolehkan. Silahkan lampirkan formulir pendaftaran beserta soft-copy tulisan pribadi, lalu kirim ke flpsuofficial@gmail.com . Sementara Uang pendaftaran, Fotocopy Identitas Diri, Pasfoto dan Print-out tulisan dapat dibawa pada saat Tes Tulis & Wawancara dilaksanakan pada tanggal 9 September 2012, Minggu. 
Konfirmasi dan Informasi lebih lanjut bisa menghubungi
Humas FLP-SU :
Abdi Putra         083198912465
Dewi Chairani    085261027698
Jaka Satria         085658049862

Rabu, 02 Mei 2012

Puisi: Jaka Satria

Di Kota Tua



Sebab pada kota tua. Barus. Tak ada kendaraan yang berkejaran, tak ada pasar yang berdendang dan tak ada pembangunan yang tumbuh membesar. Yang terdengar hanya dendangan ombak di landai pantai, kepiting yang berkejaran dari lubang ke sarang, kehidupan yang membesar bagi partai partai.
Antara Sibolga Barus, kutemukan sejengkal layar. Tak ada kapal yang tak sampai. Bingkisan botol kertaspun tak akan lunglai menyeberang antaranya. Tak ada kendaraan, tak ada pasar, tak ada pembangunan. Yang kutemukan hanya partai partai.
Lencana sejarah yang ia kenakan, mungkin telah luntur dimakan zaman. Gelar peradaban yang dulu ia sandang, mungkin telah habis ditelan bumi. Entah dimana kerangkanya.
Barus kota tua, telah mati. Mati karena usia, mati karena lelah. Yang kini hidup hanyalah bukti umur saja. Pada Papan Tinggi, setinggi barisan bukit bukit pengeja. Di tangannya telah tumbuh angsana dosa dosa. Dari tungkai sampai ke tangkai. Di pinggir kakinya, ternak babi berkeliaran: di makam suci ulama pembawa ajaran Islam. Di gubuk tua, terdapat makam makam pengikutnya. Tak ada permata hanya airmata.
Di kota tua, telah pupus sejarah. Mungkin karena usia ataupun sudah renta.

Medan, September 2011
Diterbitkan dalam antologi puisi Narasi Tembuni KSI Award 2012

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India