Sabtu, 19 April 2014

Tentang Aqidah, Diskusi Keislaman FLP Sumatera Utara

Diskusi Keislaman FLP Sumatera Utara
Aqidah merupakan keyakinan yang kokoh dan dipegang erat oleh orang yang menganutnya, begitu yang disampaikan oleh Putri Rizki Ardhina selaku pemateri dalam diskusi yang diadakan di Sekretariat Rumah Cahaya, Minggu (6/4). Hal ini dikemukakan sebab kian maraknya aliran-aliran berkedok Islam.

Ia melanjutkan, munculnya aliran-aliran ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap konsep dasar Islam. Kasus “nabi palsu” yang melibatkan Cecep Solihin di Bandung merupakan salah satu contohnya. “Mereka belum paham benar, tapi sudah sok, ya akhirnya seperti itu,” ujar Putri.

Anggota yang juga merupakan pengurus FLP Sumut di Divisi Humas yang pernah menjadi finalis DAI Muda ANTV ini lebih lanjut mengatakan bahwa hanya ada satu golongan Islam yang diakui yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah. Namun, tidak ada seorang pun di dunia yang dapat mengetahui bahwa apakah benar ia termasuk golongan Ahlus Sunnah wal Jamaah hingga di akhirat nanti. “Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah ahli sunnah, orang yang benar-benar mengikuti sunnah nabi,” katanya. Banyak orang yang mengaku Ahlus Sunnah wal Jamaah tapi menjalankan sunnah setengah-setengah.

Putri menambahkan, esensi dari Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah kebersamaan. Hal ini karena ada kata “Jamaah” yang berarti jamak. Islam adalah agama untuk kebermanfaatan bersama. Ia berujar, “Orang yang ahli ibadah tidak jauh lebih baik daripada orang ahli manfaat.” Mereka yang hanya melulu beribadah untuk dirinya sendiri namun tidak banyak memberi manfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, menjadi ahli ibadah sekaligus ahli manfaat adalah hal yang mutlak dan tidak bisa dipisahkan.

Mengenai Aqidah, Putri mengatakan bahwa kita harus meneladani Nabi Ibrahim AS. “Beliau adalah orang yang selalu bersyukur dan merenungkan hikmah,” Ujarnya. Orang yang memiliki aqidah adalah orang yang percaya bahwa kekuatan Allah yang paling utama. Saat ditimpa kesusahan, ia selalu berusaha merenungkan hikmah apa yang ada dibalik itu. “Kesusahan bisa jadi adalah cara Allah mengingatkan kita bahwa kita telah melakukan suatu dosa,” kata Putri. Ia juga menambahkan bahwa kita patut bersyukur dan beristighfar karena Allah sangat memuliakan manusia daripada makhluk lainnya. “Setan yang hanya sekali membangkang pada Allah saja sudah dikutuk sampai kiamat, kita yang tanpa sadar sudah sekian kali membangkang masih diampuni, “ ujarnya berapi-api.

Menanggapi hal ini, Tjut Nurul Habibah, salah satu peserta diskusi menceritakan pengalaman spiritualnya. Akhir-akhir ini ia menjalankan kebiasaan baru yakni salat taubat secara rutin sebelum tidur. Suatu kali saat tidur, ia bermimpi tubuhnya melayang dan menjadi sangat ringan. “Saya sebenarnya sudah sadar tak-sadar tetapi tidak mau melawan perasaan itu,” katanya. Menurutnya, berada dalam kondisi suci saat tidur adalah hal yang sangat dianjurkan. “Nabi saja beristighfar hingga seratus kali sehari, bagaimana kita ?” tutupnya.

Diskusi ini selain meningkatkan wawasan aqidah bagi anggota, juga untuk menambah kewasapadaan terhadap buku-buku “Aliran sesat” yang berkedok Islam, salah satunya Syiah. Fitri Amaliyah Batubara, selaku ketua Divisi Kaderisasi mengatakan bahwa buku-buku syiah telah beredar, tanpa sadar kita telah membeli dan membacanya. Salah satu buku yang berpaham Syiah adalah Retorika Modern karya Jalaluddin Rahmat. “Sebagai organisasi kepenulisan yang berasaskan keislaman, kita patut mewaspadai ini,” tegasnya. (TBS)

Puisi Sawaluddin Sembiring

FIRASAT

Ibu merangkai isak tangis
Mengain kafankan rasa di antara
Kerisauan prasangka
Air mata meruah
Di sujud pembaringannya
Bersama doa ia mengadu kepada sang
Pencipta
Tentang karang yang mengeras di dalam dada
Di antara bayang-bayang wajah
Yang tenggelam bersama purnama



DEBU

Titik-titik bernyawa
hinggap di jemari Tuhan
melenyapkan jelaga
kian merangkak menyusun
puzzle kematian

Tuhan menari-nari dalam gemuruh
mengiringi malaikat penyabut nyawa dalam langkah
bertabur melati

Lihat saja
tapak kakinya telah terlukis
di tumpukan debu itu….



LILIN KECIL DI EKOR KUNANG-KUNANG 

i.
laron-laron hinggap ditubuh cahaya
menari ballet, mengelilingi wajah bohlam
tidak perduli hujan menari di atas atap
masa bodoh dengan gemuruh yang menghentak

ii.
dan ia pun meledak
padam

 iii.
lilin-lilin kecil hinggap di ekor kunang-kunang
mencari kehangatan yang pernah memeluk badai
irama kematian pun menjadi paduan suara
mengarak tabir
terselimut kabut


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India