|
Diskusi Keislaman FLP Sumatera Utara |
Aqidah
merupakan keyakinan yang kokoh dan dipegang erat oleh orang yang menganutnya,
begitu yang disampaikan oleh Putri Rizki Ardhina selaku pemateri dalam diskusi
yang diadakan di Sekretariat Rumah Cahaya, Minggu (6/4). Hal ini dikemukakan sebab kian maraknya
aliran-aliran berkedok Islam.
Ia melanjutkan, munculnya aliran-aliran ini
disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap konsep dasar Islam. Kasus “nabi
palsu” yang melibatkan Cecep Solihin di Bandung merupakan salah satu contohnya. “Mereka
belum paham benar, tapi sudah sok, ya
akhirnya seperti itu,” ujar Putri.
Anggota yang juga merupakan pengurus FLP Sumut di Divisi
Humas yang pernah menjadi finalis DAI Muda ANTV ini lebih lanjut mengatakan
bahwa hanya ada satu golongan Islam yang diakui yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Namun, tidak ada seorang pun di dunia yang dapat mengetahui bahwa apakah benar
ia termasuk golongan Ahlus Sunnah wal Jamaah hingga di akhirat nanti. “Ahlus
Sunnah wal Jamaah adalah ahli sunnah, orang yang benar-benar mengikuti sunnah
nabi,” katanya. Banyak orang yang mengaku Ahlus Sunnah wal Jamaah tapi
menjalankan sunnah setengah-setengah.
Putri
menambahkan, esensi dari Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah kebersamaan. Hal ini
karena ada kata “Jamaah” yang berarti jamak. Islam adalah agama untuk
kebermanfaatan bersama. Ia berujar, “Orang yang ahli ibadah tidak jauh lebih
baik daripada orang ahli manfaat.” Mereka yang hanya melulu beribadah untuk
dirinya sendiri namun tidak banyak memberi manfaat bagi orang lain. Oleh karena
itu, menjadi ahli ibadah sekaligus ahli manfaat adalah hal yang mutlak dan
tidak bisa dipisahkan.
Mengenai
Aqidah, Putri mengatakan bahwa kita harus meneladani Nabi Ibrahim AS. “Beliau
adalah orang yang selalu bersyukur dan merenungkan hikmah,” Ujarnya. Orang yang
memiliki aqidah adalah orang yang percaya bahwa kekuatan Allah yang paling
utama. Saat ditimpa kesusahan, ia selalu berusaha merenungkan hikmah apa yang
ada dibalik itu. “Kesusahan bisa jadi adalah cara Allah mengingatkan kita bahwa
kita telah melakukan suatu dosa,” kata Putri. Ia juga menambahkan bahwa kita
patut bersyukur dan beristighfar karena Allah sangat memuliakan manusia
daripada makhluk lainnya. “Setan yang hanya sekali membangkang pada Allah saja
sudah dikutuk sampai kiamat, kita yang tanpa sadar sudah sekian kali
membangkang masih diampuni, “ ujarnya berapi-api.
Menanggapi
hal ini, Tjut Nurul Habibah, salah satu peserta diskusi menceritakan pengalaman
spiritualnya. Akhir-akhir ini ia menjalankan kebiasaan baru yakni salat taubat
secara rutin sebelum tidur. Suatu kali saat tidur, ia bermimpi tubuhnya
melayang dan menjadi sangat ringan. “Saya sebenarnya sudah sadar tak-sadar tetapi tidak mau melawan perasaan itu,” katanya. Menurutnya,
berada dalam kondisi suci saat tidur adalah hal yang sangat dianjurkan. “Nabi
saja beristighfar hingga seratus kali sehari, bagaimana kita ?” tutupnya.
Diskusi
ini selain meningkatkan wawasan aqidah bagi anggota, juga untuk menambah
kewasapadaan terhadap buku-buku “Aliran sesat” yang berkedok Islam, salah
satunya Syiah. Fitri Amaliyah Batubara, selaku ketua Divisi
Kaderisasi mengatakan bahwa buku-buku syiah telah beredar, tanpa sadar
kita telah membeli dan membacanya. Salah satu buku yang berpaham Syiah adalah Retorika Modern karya Jalaluddin Rahmat.
“Sebagai organisasi kepenulisan yang berasaskan keislaman, kita patut
mewaspadai ini,” tegasnya. (TBS)