Dalam
rangka menumbuhkembangkan pelaku kreatif dan meningkatkan akses pasar ekonomi
kreatif berbasis media, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media,
Desain, dan IPTEK, di bawah naungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
menghelat “Kegiatan Fasilitasi Publikasi Karya Cerita Fiksi dan Nonfiksi” yang
diadakan pada Senin, 19 Mei 2014.
Acara yang rutin dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif tiap tahunnya sejak 2012. Dan di 2014, Medan mendapatkan
kesempatan menjadi kota keempat dari rangkaian kunjungan yang telah dilaksakan
di Samarinda, Bengkulu, Palembang, dan berakhir di Kupang.
Menggandeng
Ketua Umum Forum Lingkar Pena wilayah Sumut, Nurul Fauziah, sebagai kordinator
peserta acara, mampu menghadirkan peserta yang luar biasa – sampai kedua Narasumber
yang dihadirkan, Moammar Emka dan FX Rudy Gunawan terkagum- kagum dengan pengetahuan
para anak muda kota Medan di dunia tulis
menulis. Selain Flpers Sumut dan FLPers Labuhan Batu, turut serta hadir komunitas-komunitas
penulis dikota Medan seperti KSI Medan, Pers Dinamika IAIN SU, Cerita Medan,
Majalah Asy-syifa Ukmi Arrahman Unimed, dll. Acara yang berlangsung di Hotel Soechi International, Medan, Sumatera
Utara tersebut menghasilkan diskusi yang hangat dan menarik.
Acara
ini dilatarbelakangi atas sebuah gagasan untuk memunculkan pelaku-pelaku
kreatif yang dapat menyokong pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia. Acara ini
menjadi penting, karena menyangkut arah perekonomi Indonesia di masa depan.
Perlu
diketahui, untuk menghadapi laju perkembangan zaman, pengembangan ekonomi
Indonesia yang dahulu berbasis pengelolaan SDA diubah menjadi ekonomi kreatif,
hal ini berdasarkan Intruksi Presiden
Nomor 06 Tahun 2009 yang akan disahkan menjadi UU tentang pengembangan ekonomi kreatif. Dalam pengembangannya,
kiblat perekonomian Indonesia tidak lagi mengeksploitasi kekayaan hasil alam. Jika
terus-menerus SDA dieksploitasi, sampai titik kemusnahan SDA tersebut, maka untuk
dapat mengembalikannya butuh puluhan bahkan ribuan tahun yang akan datang.
Alhasil,
keadaan seperti ini akan menghambat majunya perekonomian Indonesia. Nah, Ekonomi
Kreatif berfokus pada eksplorasi kreativitas dari berbagai bidang yang dapat
meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Bidang yang dimaksud misalnya
kuliner, lifestyle, fashion, seni dan budaya, serta media
‘cetak maupun non cetak’.
Setelah
Kementerian Pariwisata menjembatani pelaku kreatif dari bidang fashion, bidang seni, kuliner, dan
bidang budaya untuk menembus akses pasar ekonomi kreatif ke kancah persaingan
Global, maka pada momen ini diadakan acara yang mengarahkan para pelaku kreatif
di bidang media, khususnya para penulis untuk menuju ekonomi kreatif.
Harapan
besar ditujukan bagi para pelaku kreatif untuk mengeksplorasi kreativitasnya
dalam menulis yang dapat menjadi katalis peningkatan akses pasar ekonomi
kreatif berbasis media. Artinya, kreativitas pun dapat menyejahterakan
kehidupan ekonomi para pelaku kreatifnya.
Ibu Poppy Savitri, Sekretaris Direktoriat Jendral Ekonomi
EKMDI, pun menguatkan. Saat ini Indonesia sedang menggalakkan “Gerakan Indonesia Menulis” yang melalui
program ini diharapkan bisa menuntaskan kemiskinan, memperluas lapangan
pekerjaan. Ekonomi Kreatif bisa berkembang jika akarnya dijaga, yaitu
kebudayaan.
Diskusi
berlanjut pada mengarahkan bagaimana para pelaku kreatif bidang media tak hanya
sebatas menembus industri kreatif, mempublikasikan karyanya, dan memperoleh
keuntungan komersial saja, tetapi sampai pada menjadikannya sebagai satu
pilihan profesi yang secara mutlak diakui.
Yah,
secara general, pelaku kreatif kepenulisan memiliki tipe yang berbeda, ada yang
menulis sekedar hobi, cari kesibukan, ikut-ikutan, mencari eksistensi, komersial,
kepentingan profesi, sampai kepada menulis karena sebuah misi tertentu. Para
pelaku kreatif tinggal menentukan pilihannya. Jika berani menentukan pilihan
menulis sebagai sebuah profesi, maka persiapkan diri menangguhkan kreativitas
dan intensitas berkarya untuk menaklukkan indutri kreatif.
Turut
menjadi penting adalah dasar dan tujuan menulis, agar sesuai orientasi yang ingin
dicapai. Ingat, setiap kreativitas yang ada pada diri tiap manusia itu memiliki
nilai jual masing-masing, baik yang diukur lewat sisi material, manfaat, atau
pun hal lain. Hm, pertanyaan penting adalah apakah penulis mampu menjawab
tantangan ekonomi kreatif? Ayo berikan jawaban kita! (Fitrah N. Nst/ Fadly)
0 komentar:
Posting Komentar