Assalamualaikum,
Mbak Liza.
Tahukah
kamu apa hal besar yang paling luar biasa bagi seorang penulis di awal masa
kepenulisannya??? Yupz! Betul Sekali. Menuliskan tulisan pertamanya. Luar biasa.
Akhirnya kamu bisa menyelesaikan cerpen ini. Sebuah ide hanya akan menjadi ide
yang mungkin suatu waktu terlupa bila tak segera dituliskan menjadi suatu
bentuk tulisan. Apakah sekedar catatan biasa, semisal pada diari; esai; artikel;
opini; puisi; bahkan cerpen seperti yang telah kamu ciptakan “SIAPA DIA?” (Mana aplausenya nih…. Prok… Prok… Prok… ^_^ Jadi ingat
Pak Tarjo eh Pak Tarno maksudnya… hehehe…)
Setelah
penulis berhasil menciptakan tulisannya, maka persoalan berikutnya adalah
carilah pembaca untuk tulisanmu. Nah, di sinilah kemudian muncul
pertanyaan-pertanyaan yang juga sering ditanyakan anak-anak galau di luar sana,
“Bagus gak yua…???” Stop! Jangan ikutan galau ya Mbak Liza. Karena, kami akan
membantu tulisanmu menjadi lebih baik. ^_^
Nah, dalam
penggarapan sebuah cerita pendek, kita sebagai penulis pemula (setidaknya)
mengetahui unsur-unsur penting( yakni; intrinsic dan ekstrinsik) dalam sebuah cerita
sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah cerita pendek.
Unsur-unsur
tersebut; tema, latar, alur, perwatakan, sudut pandang dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Baiklah,kami akan memulai dari unsur pertama cerita
yang kamu tuli ini.
- Tema atau ide pokok dalam cerita pendek yang Liza tuliskan ini sebenarnya telah mematahkan ide umum yang kebanyakan dituliskan Keluar dari mainstream. Sangat berani.
- Penampilan masalah (konflik). Dalam cerita ini, tokoh aku mengalami pergulatan batin yang sangat mengambang. Kurang greget istilahnya. Konflik cerita tidak dipaparkan secara runut. Apa sebenarnya penyebab kegelisahan itu sampai tokoh aku mengalami mimpi-mimpi aneh? Apa maksud dari mimpinya? Apa hubungan kuat antara kutipan ayat alquran dengan kesesuain cerita atau makna yang ingin disampaikan? Alasan-alasan ini belum terjawab pada tulisan Mbak Liza. (Oh iya sedikit masukan nih, cukup ayat saja tanpa tafsiran atau sebaliknya yang mbak tuliskan. Mengingat Cerpen pada hakikatnya meringkaskan cerita.)
- Alur cerita. Cerita yang memilki alur adalah cerita yang memiliki pergerakan, mengalir dan natural. Dalam cerpen ini lead dibangun dengan pemaparan setting , waktu penceritaan. Kemudian menampilkan masalah yang tengah dihadapi. Namun ketegangan (klimaks) yang ada kurang Wah! Kejutan yang ingin di tampilkan kurang memiliki daya kejut yang cukup bagi pembaca. Untuk itu belajarlah cara membangun alur yang memikat, sehingga pembaca akan merasakan ikut terbawa pada alur cerita yang dibangun penulis dengan cara membaca cerpen-cerpen yang sangat mengalir ketika kita membacanya.
- Perwatakan (karakter). Jangan lupa, bahwa indikasi keberhasilan terbanggunya karakter tokoh (melalui dioalog atau penjelasan tokoh) adalah pembaca dapat merasakan hubungan emosional yang kental antara tokoh utama dalam cerita. Merasakan empati yang dalam. Dalam cerpen ini, hal tersebut hampir terbangun secara utuh.
- Amanat atau pesan : inilah satu hal yang merupakan hal terpenting dalam sebuah tulisan. Amanat yang baik jika tidak diimbangi dengan penggarapan yang baik pula, maka akan terkesan mengambang. Atau bisa menjadi buyar dan kehilangan kekuatan. Sejatinya amanat dalam sebuah cerpen akan terasa jika kita sudah menuntaskan membaca cerpen tersebut. Nah,di sinilah kelemahan kita sebagai penulis pemula. Kita terlalu mengebu-gebu dalam penggarapan cerita sehingga ada beberapa hal yang mungkin terlupa untuk diceritakan yang akan mempermudah penyampaian pesan. Walhasil amanat cerita nampak secara vulgar atau dipaksakan. Nah, saran kami, cobalah untuk mematangkan ide dengan hati, menulislah dengan hati (jangan terburu-buru ingin secepatnya menyelesaikan masalah), dan memperbanyak membaca cerpen-cerpen dari penulis-penulis lain ya. Di blog FLP Sumut ini juga tersedia koq.
- Dan yang terakhir, kami ucapkan selamat, karena kamu sudah berani menulis. Dan ini adalah prestasi besar.
Selebihnya,
mmm… apalagi ya oh iya… Menulislah terus. Seorang penulis hebat sebenarnya memiliki
masa seperti yang Mbak Liza rasakan sekarang. Karenanya, Mbak Liza harus tetap
mempertahankan tekad kuat untuk terus menulis. Sebenarnya, menciptakan tulisan-tulisan
yang lain secara tak sadar akan meningkatkan kualitas tulisan kita berikut
kuantitas karya yang kita telurkan. Tentu saja akan lebih hebat lagi bila
diselingi membaca karya-karya tulis dari penulis hebat yang Mbak Liza kagumi.
Yakinlah.
(wallahu’alam
bishowab)
*Tim Pengkritik FLP
Sumut:
Maritza Nada, Abdillah P. Siregar,
dan Fadly Pratama
Maritza Nada, Abdillah P. Siregar,
dan Fadly Pratama
0 komentar:
Posting Komentar