Miris melihat kenyataan di lapangan saat ini. Semakin hari
tingkat pengangguran di negeri ini semakin meninggi saja. Ijazah, titlel
sarjana, gelar doktor, bahkan profesor sekalipun seolah tak mempunyai arti lagi
di zaman globalisasi seperti saat sekarang ini.
Lihatlah berapa banyak
sarjana jebolan universitas unggulan yang akhirnya menjadi pengangguran, berapa
banyak sarjana tunggang langgang mengantarkan surat lamaran dari satu kantor ke
kantor lainnya. Belum lagi masalah meningkatnya kriminalitas seiring meningkatnya
pengangguran. Di setiap sudut terjadi tawuran yang pelakunya tak lain adalah
mahasiswa.
Lalu bagaimana presfektif Islam dalam hal ini?
Allah Swt. mewajibkan kepada umat muslim untuk menuntut ilmu.
Sebagaiamana hadits Rasullah SAW. “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap
orang Islam.” (HR. Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari
Anas bin Malik).
Sungguh Islam adalah agama yang sempurna. Salah satu cara
ampuh untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan cara menuntut ilmu.
Coba kita perhatikan fenomena saat ini, sering kali kita temukan bahwa tujuan
kuliah tak lagi sebagai wadah untuk menuntut ilmu tetapi sebagai ajang berburu
gelar. Setiap orang berlomba menembus Perguruan Tinggi Negri (PTN) entah itu
dengan cara yang benar maupun dengan cara yang diharamkan sekalipun. Namun pada
kenyataaannya orang-orang lebih banyak memilih cara praktisnya saja. Yakni
dengan tindakan penyuapan.Seleksi masuk yang digelar pun menjadi sebatas
formalitas saja, bagaimana tidak. Jika mereka tak lulus dalam seleksi, mereka
tinggal membayar berapa saja yang diminta. Perkara selasai. Universitas impian
pun menjadi miliknya.
Tetapi coba sejenak
kita renungkan, bagaimana jadinya generasi yang lahir dari tindak kecurangan.
Generasi seperti inilah yang menjadi pemicu meningkatkan pengangguran.
“Apakah sama antara orang yg berilmu dengan orang yang tidak
berilmu.” (QS. Az-Zumar:9)
Senada dengan firman Swt di atas, jelaslah bahwa Allah tidak
pernah memandang kepada gelar yang didapat seorang hamba. Tetapi Allah menilai
seseorang berdasarkan ilmu yang dimilikinya. Itulah penyebab mengapa Allah
mewajibkan kita menuntut ilmu. Seorang yang berilmu tidak hanya mudah dalam
mendapatkan pekerjaan tetapi juga mulia disisi Allah. Seperti firman Allah dalam
Surah Mujadalah ayat 11:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu
“Berilah kelapangan di dalam mejelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Islam tidak menganjurkan kita untuk menuntut ilmu yang
berkaitan dengan agama saja, tetapi juga mendalami ilmu-ilmu lainnya, seperti
saints, teknologi, juga tentang kejiwaan sekalipun. Pun Islam memerintahkan
kita untuk belajar dari mana saja, tidak hanya dari sekolahan, universitas,
atau tempat-tempat formal jenis lainnya. Tetapi ilmu itu bisa didapat dari mana
saja, bahkan seorang perampok pun dapat dijadikan guru. Dalam sebuah riwayat
diceritakan, suatu hari Hasan Bashri dirampok oleh seseorang. Kemudian Hasan
Bashri mengatakan “Ambillah semua hartaku yang kalian inginkan, tetapi jangan
ambil bungkusan yang ada di pundakku ini,” karena penasaran perampok tersebut
merampasnya. Kemudian tercecerlah buku-buku dari bungkusan tersebut, “Kenapa
buku-buku ini begitu berarti bagimu?’ tanya perampok. Hasan Bashri menjawab
“Buku adalah sumber ilmu.” Perampok pun berkata, “Ilmu itu di dada, bukan di
dalam buku.” Terenyuhlah hati Hasan Bashri mendengarnya. Seorang perampok saja
dapat memberikan pelajaran, bagaimana pula dengan kita yang memiliki hati dan
pikiran yang lebih jernih. Lagi-lagi kuncinya adalah ilmu. Ibadah tanpa ilmu
sudah pasti salah, tetapi ilmu saja pun tanpa pernah beribadah tak bernilai
sama sekali.
“Tuntutlah ilmu tetapi tidak melupakan ibadah. Dan
kerjakanlah ibadah tetapi tidak boleh lupa pada ilmu.” (Imam Hasan Al-Bashri)
Kadangkala kita kerap berpikir bahwa gelar sarjana adalah
harga mati kesuksesan. Karena gelar dapat menjamin pekerjaan. Inilah kekeliruan
yang fatal. Bukankah sudah jelas bahwa Allah telah menetapkan rezeqi pada
setiap hamba-Nya. “Allah melapangkan rezeqi bagi hamba yang Dia kehendaki di
antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya. Sungguh Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.29:62).
Sekarang semakin jelaslah bahwa tugas utama kita adalah
belajar dan menuntut ilmu karena Allah sangat memuliakan orang-orang yang
berilmu, tentunya ilmu yang dapat memberikan rmanfaat kepada semua orang.
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina.” Demikian pepatah bijak mengatakan.
Menuntut ilmu adalah kewajiban yang amat mulia. Semakin banyak ilmu kita maka semakin
mudah pula jalan kita menuju jannah-Nya.
Abu Hurairah r.a meriwayatakan dari Nabi Muhammad Saw,
“Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Imam Muslim).
Semoga kita termasuk orang-orang yang gigih dalam mencari
ilmu, bukan gigih dalam mencari gelar. Jika orientasi kuliah adalah gelar, maka
selamat menjadi pengangguran, tetapi jika orientasi kuliah adalah ilmu,
mudah-mudahan Allah meninggikan derajat kita.
Oleh Fitri Arniza
0 komentar:
Posting Komentar